Netanyahu Bimbang Terima atau Tolak Proposal Biden
ISRAEL – Israel telah menerima kesepakatan mengakhiri perang di Jalur Gaza dalam proposal yang Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden umumkan pada Jumat (31/5/2024) lalu. Seorang ajudan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi hal tersebut, sebagaimanan dikutip LAMPOST.CO Minggu (2/6/2024). Dalam sebuah wawancara dengan Sunday Times, Ophir Falk, kepala penasihat kebijakan luar negeri untuk Netanyahu, mengatakan proposal Biden adalah “kesepakatan yang kami setujui-itu bukan kesepakatan yang bagus, melainkan kami sangat ingin para sandera bebas, semuanya.”
“Ada banyak detail yang harus ditinjau kembali,” sambung Falk. Dia menambahkan persyaratan Israel, termasuk “pembebasan para sandera dan penghancuran Hamas sebagai organisasi teroris genosida,” tidak berubah.
Jumat lalu, Joe Biden mengumumkan proposal tiga fase untuk mengakhiri perang antara Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas di Jalur Gaza. Fase pertama mencakup gencatan senjata dan pemulangan beberapa sandera yang Hamas tahan. Setelah itu, kedua belah pihak akan berunding mengenai penghentian permusuhan tanpa batas waktu untuk tahap kedua dan pembebasan tawanan yang masih hidup, kata Biden. Urutan itu tampaknya menyiratkan Hamas akan terus memainkan peran dalam pengaturan tambahan dengan mediasi Mesir dan Qatar—sebuah potensi bentrokan dengan tekad Israel untuk melanjutkan kampanye guna melenyapkan Hamas selamanya. Biden telah memuji sejumlah usulan gencatan senjata selama beberapa bulan terakhir. Masing-masing dengan kerangka kerja serupa dengan yang dia umumkan Jumat lalu, yang semuanya berakhir gagal.
‘Hari Esok yang Lebih Baik’
Februari lalu, Biden mengatakan Israel telah setuju menghentikan pertempuran menjelang Ramadan, walau gencatan senjata seperti yang harapan tidak terwujud. Hal utama yang menjadi kendala adalah desakan Israel bahwa mereka hanya akan membahas gencatan senjata jika Hamas telah hancur. Hamas, yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur, mengatakan akan membebaskan sandera. Hanya jika ada perjanjian menuju akhir dari perang secara permanen.
Dalam pidato di Washington, Biden mengatakan usulan terbarunya menciptakan “hari esok yang lebih baik” di Gaza tanpa Hamas sebagai penguasanya. Ia tidak memerinci bagaimana hal ini akan tercapai. Dan mengakui bahwa “ada sejumlah perincian yang harus negosiasi untuk beralih dari fase satu ke fase dua.”
Falk menegaskan kembali posisi Netanyahu, bahwa “tidak akan ada gencatan senjata permanen sampai semua tujuan kami terpenuhi.”
Netanyahu berada di bawah tekanan untuk mempertahankan pemerintahan koalisinya. Dua menteri sayap kanan mengancam akan mundur sebagai bentuk protes terhadap kesepakatan apa pun yang mereka anggap akan menyelamatkan Hamas. Tokoh sentris Israel, mantan jenderal Benny Gantz, menginginkan kesepakatan tersebut menjadi pertimbangan. Hamas untuk sementara ini menyambut baik proposal gencatan senjata Biden. []
Nur Quratul Nabila A